Enam Langkah Menulis TOJTRP
Resume ke 6
Materi
: Langkah-langkah menulis buku (TOJ/TRP)
LANGKAH-LANGAH MENULIS BUKU
Ada Enam langkah
yang sudah diringkas materinya menjadi
singkatan TOJTRP: Tema, Outline,
Jadwal, Tulis, Revisi, Penerbit.
Langkah pertama adalah T.
Tentukan
TEMA tulisan. Setiap buku harus punya tema besar, baik buku fiksi maupun non
fiksi.
Tema
akan menjadi rel yang mengikat kita dari awal tulisan hingga akhir. Tema ini
satu saja. Misalnya kerja keras, romantisme, cara belajar, dan sebagainya.
Kalau buku saya, kebanyakan adalah buku-buku motivasi. Kalau buku Asma Nadia, Novel. Ahmad Fuadi, Novel te”ntang pesantren dan kerja keras. Dan sebagainya.
Bolehkah satu orang menulis berbagai tema buku? Menurut, karena ini terkait dengan “branding”, berusahalah untuk fokus menulis satu tema tertentu, agar dikenal ahli dalam tema tersebut. Kalau temanya berubah-ubah, nanti orang bingung, kita ini sebenarnya ahli dalam bidang apa?
Langkah kedua adalah O. Buatlah OUTLINE atau DAFTAR ISI.
Gunanya outline:
1. Agar tulisan kita terarah.
2. Bisa buat jadwal dan target.
3. Menghindari "ngeblank" pada
saat menulis.
4. Agar bukunya selesai.
Kalau tidak ada daftar isi, akan sulit bukunya bisa selesai. Inilah salah satu hal penting yang sering diabaikan orang. Merasa sudah tahu apa yang ditulis, akhirnya tidak ada outline dan langsung menulis. Akibatnya, tulisannya tidak terarah, “melenceng” dan “lari” ke mana-mana, tidak tahu jalan akhirnya.
Bukunya akan selesai? Tentu tidak. Banyak ide itu bagus, tetapi yang jauh lebih bagus adalah ide yang difokuskan. Cara memfokuskan ide adalah dengan membuat outline.
Cara Mengembangkan Daftar Isi
(outline)
Gunakan
prinsip dasar 5W dan 1H.
WHAT:
Ini
terkait pengertian, definisi, pembagian, jenis-jenis, dan sebagainya.
WHY:
Ini
adalah tentang alasan (mengapa) buku ini ditulis, tujuannya apa dan manaatnya
apa.
HOW
How
ini berbicara tentang bagaimana, tips and trick, strategi, langkah-langkah, dan
sebagainya.
Contoh:
Tema: Santri dan Menulis
1.
Santri dan keterampilan menulis.
2.
Keterampilan apa saja yang dibutuhkan agar bisa menulis.
3.
Para ulama dan karya mereka dari masa lampau.
4.
dan seterusnya.
1.
Mengapa Santri Harus Menulis?
2.
Tujuan Menulis.
3.
Tantangan Mengapa Santri Harus Bisa Menulis.
4.
dan seterusnya.
HOW?
1.
Bagaimana cara menulis?
2.
Bagaimana membangun disiplin menulis?
3.
Tips and Tricks Menjadi Penulis.
4.
dan seterusnya.
2. OUTLINE UNTUK BUKU FIKSI.
·
Pertama: WHO? Siapa saja tokoh-tokohnya.
Tentukan tokoh-tokoh yang akan menjadi
bagian dari cerita.
Misalnya, ayah, ibu, teman, guru, dan sebagainya.
· Kedua: Karakter.
Gambarkan profil setiap tokoh dengan sifatnya masing-masing.
· Ketiga: Plot atau Alur Cerita.
Gambarkan alur cerita dari awal hingga akhir.
Potongan ceritanya seperti apa. Di mana akan membangun cerita emosionalnya, di
mana sedihnya, di mana senangnya.
Terus ending cerita seperti apa,
apakah happy ending, sad ending, dan sebagainya.
Membuat outline ini bisa langsung dituliskan outlinenya atau bisa dengan beberapa alat bantu. Biasanya saya menggunakan mindmap untuk membantu membuat daftar isi.
Apakah wajib? Tidak harus. Tetapi kalau saya pribadi, ini harus ada. Biar ada rel ke mana tulisan kita, biar selalu ada arah kalau kita menemui jalan buntu, dan ini yang paling penting; bisa membuat jadwal agar buku cepat selesai.
CONTOH OUTLINE
Saya
ingin memberi contoh buku saya: "Man Jadda Wajada".
Buku
ini adalah buku dengan tema motivasi umum, motivasi hidup.
Saya
kembali ke konsep dasar 5W dan 1H.
Biasanya saya mulai dengan WHY. Kalau terkait motivasi, penjabaran tentang WHY bisa digambarkan sebagai berikut:
1.
Mengapa motivasi itu penting dalam hidup.
2.
Motivasi apa yang membuat orang tergerak untuk berubah.
3.
Apa tujuan hidup seseorang?
4.
Mengapa orang harus berubah?
5.
Darimana perubahan itu bisa dimulai?
6.
Apa saja yang harus diubah?
Setelah
WHY, hal kedua yang terpikir adalah WHAT.
Hal-hal
yang terpikir dalam kategori WHAT adalah:
1.
Apa itu sukses?
2.
Langkah-langkah apa saja yang harus dijalani agar kita bisa sukses?
3.
Potensi diri, kelebihan dan kekurangan.
4.
Memahami bahwa sukses itu bisa kita dapatkan.
1.
Bagaimana bermimpi besar.
2.
Bagaimana membuat rencana (action plan).
3.
Bagaimana berani memulai.
4.
Menjadi kreatif.
5.
Membangun momentum berubah.
6.
Kapan harus memulai?
Nah, ketiga hal itulah yang akhirnya menjadi dasar outline buku saya "Man Jadda Wajada"
Buku
lain yang ingin saya bedah Daftar Isinya adalah buku "Ketika Sukses
Berawal dari Pesantren". Target buku ini adalah para santri, umur SMP dan
SMA.
Karena itu, buku ini harus sederhana, ringan, bisa dibaca oleh pembaca dalam rentang umur tersebut, dan tetap bobot isinya tinggi.
Saya mulai dengan cara yang sama; menguraikan WHAT, WHY, dan HOW.
1.
Apa itu sukses.
2.
Apakah bisa anak pesantren itu sukses?
3.
Kisah-kisah sukses alumni pesantren.
4.
Sukses itu apa menurut pesantren?
5.
Bagaimana caranya agar kita sukses?
6.
Apa yang harus kita lakukan mulai dari sekarang?
Buku ini alhamdulillah sekarang sudah terjual lebih dari 25.000 eksemplar di seluruh Indonesia.
CONTOH OUTLINE BUKU UKTUB
Satu lagi, buku saya yang saya khususkan
untuk panduan menulis buku, judulnya "UKTUB: Panduan Lengkap Menulis Buku
dalam 180 Hari".
Buku ini merupakan rangkuman best
practices Akbar Zainudin sebagai penulis sekaligus motivator andal yang ingin
ditularkan kepada Anda.
Rahasia Akbar Zainudin menjadi penulis sukses terangkum lengkap dalam buku ini. Semua pertanyaan dan keingintahuan tentang dunia penulisan, perbukuan, dan penerbitan dijawab secara lengkap dan jelas di buku ini. Jika Anda serius mempraktikkan isi buku ini, dijamin Anda akan menjadi penulis sukses hanya dalam 180 hari!
"Judul buku ini sangat tepat karena semangat Iqra’! (Bacalah!) sebaiknya diikuti dengan Uktub! (Tulislah!). Bacalah buku senior saya di Gontor ini, untuk belajar kiat-kiat menulis, dari proses menangkap ide sampai menerbitkan buku yang bagus dan laris"
—Ahmad Fuadi, Penulis Novel Best Seller Negeri 5 Menara
"Para penulis adalah orang-orang terpilih yang memiliki visi jauh melampaui zamannya. Jika Anda ingin menjadi orang seperti itu, bacalah buku ini!"
Ahmad Gaus, Dosen Bahasa dan Budaya Swiss German University
"Andai dari dulu buku ini sudah ada, mungkin perjalanan saya menjadi penulis bisa lebih mudah. Uktub! Menulislah sekarang juga!"
Ollie, CMO & Co-Founder NulisBuku.com
"Cukuplah bagi seseorang membaca buku ini untuk mewujudkan keinginannya menjadi penulis buku atau memiliki penerbit buku".
M. Abdul Ghoffar, Pemilik Penerbit Al-Mahira
"Melalui bukunya ini, Akbar Zainudin menunjuk-kan bukti betapa menulis adalah pekerjaan yang mudah dan menyenangkan"
Nashrulloh ZM Zarkasyi, Guru Bahasa Indonesia di Pondok Modern Gontor
Saya
bagi buku UKTUB ini dalam beberapa bagian besar:
1.
Sikap Mental
2.
Motif Menulis
3.
Mencari Ide
4.
Apa yang Ditulis
5.
Bagaimana Menulis
6.
Mengenal Pembaca
7. Mengenal Penerbit.
Dari
poin-poin inilah saya kembangkan menjadi daftar isi.
Karena itulah, buku UKTUB ini lengkap sekali. Anda tinggal mengikuti satu demi satu langkah-langkah nya untuk menjadi penulis buku.
Langkah ketiga adalah
J. Buatlah jadwal penulisan.
Kalau
daftar isi sudah dibuat, misalnya ada 30 judul artikel atau plot cerita,
mulailah membuat jadwal secara riil. Katakan 1 tulisan jadwalnya seminggu
selesai, buatlah jadwalnya dari 30 tulisan itu kapan mau selesai.
Dengan kita membuat jadwal, maka akan memudahkan kita untuk mengontrol dan mengevaluasi dari hasil tulisan kita.
CARA
MEMBUAT JADWAL.
1.
Buatlah tabel dengan 4 kolom, yang berisi No-Judul Artikel-Target Lama
Menulis-Tanggal-Keterangan
2.
Isi Nomer
3.
Isi Judul Artikel
4.
Perkirakan Berapa Lama (Berapa Hari) Artikel akan Ditulis
5.
Buat sesuai dengan tanggal yang ada saat ini.
6.
Isi Keterangan dengan apakah sudah selesai ditulis atau belum.
Jadwal menulis ini menentukan. Kalau ada jadwal, kita bisa mengacu pada jadwal tersebut dan bisa mendisiplinkan diri sendiri.
Karena kita tahu di mana akhirnya, kapan draft naskah kita akan selesai. Kalau tidak ada jadwal, kita tidak pernah tahu perkiraan draft naskah kita kapan selesai.
Langkah keempat adalah
T. Tuliskan.
Outline
sudah ada, jadwal juga sudah ada. Berikutnya adalah tuliskan sesuai outline dan
jadwalnya.
Di
sini, disiplin diri dan komitmen yang akan menentukan apakah tulisan kita akan
selesai atau tidak. Tulis dan selesaikan semua judul artikel terlebih dahulu.
Jangan terpaku untuk satu tulisan sampai sempurna.
Langkah kelima adalah
R, REVISI.
Revisilah
tulisan kalau semua draft tulisan sudah selesai. Jangan terpaku hanya satu
judul sampai sempurna.
Kalau
kurang-kurang sedikit, tidak apa-apa. Tahap pertama adalah menyelesaikan semua
draft buku.
Tahap
kedua, baru revisi. Apa saja yang direvisi?
1.
Data dan informasi yang kurang.
2.
Tata Bahasa
3.
Gaya Tulisan. Disamakan dari awal hingga akhir.
4. Judul-judul artikel. Buatlah judul-judul yang menarik.
Langkah keenam P, adalah
kirim ke penerbit.
Apa yang menjadi
pertimbangan penerbit?
Paling utama
adalah bukunya laku atau tidak. Ini menyangkut kebutuhan masyarakat pembaca.
Apakah
pembaca butuh buku kita?
Siapa
yang butuh? Berapa banyak orang yang butuh?
Buku
kita menjawab kebutuhan apa?
Semakin
besar kebutuhan masyarakat akan buku kita, maka peluang diterbitkan semakin
besar.
Karena itu, sebagai penulis kita mesti memahami buku kita siapa yang akan beli, dan siapa yang kira-kira akan baca.
Hal kedua
adalah apa yang bisa membedakan buku kita dari buku sejenis.
Apa
kelebihan kita dibandingkan dengan buku sejenis?
Kita
harus mampu menjawab pertanyaan ini. Karena hal itu yang akan menjadi
pertanyaan dan juga pertimbangan penerbit.
Ketiga pertanyaan
penerbit adalah, apa yang akan Anda lakukan untuk membantu pemasaran
buku?
Harus
punya jawabannya. Misalnya iklan di Medsos, Seminar, Pelatihan, Diskusi Buku,
Membangun
Komunitas, Dan Sebagainya.
Apakah
perlu membayar kepada penerbit?
Kita
tidak perlu membayar ke penerbit. Bahkan kita mendapatkan uang ROYALTI.
Rata rata royalti adalah 10% dari buku yang terjual.
Bagaimana
cara mengirim naskah?
1.
Naskah harus sudah jadi.
2.
Diprint, dikirim dengan hard copy dan soft copy dalam bentuk CD atau Flash Disk
Berapa
lama?
Kabar
diterima atau tidak sekitar 3 bulan.
Tanya-Jawab:
T
: Apakah buku Man Jada Wa Jada ada pengalaman pribadi atau pengamatan? Berapa
persen pengalaman hidup menginspirasi sebuah buku.
J
: Untuk Ibu Dewi.
Buku
saya adalah buku motivasi. Sajian buku motivasi itu biasanya ada pemikiran atau
teorinya, terus ada cerita inspirasinya, dan ada kesimpulan atau kaitannya.
Nah,
cerita inspirasi itu banyak dari pengalaman pribadi dan juga dari pengalaman
teman-teman. Kalau ditanya berapa banyak, saya kira cukup banyak. Mungkin
sekitar 30-60 persen pengalaman pribadi itu menginspirasi tulisan kita.
Apalagi kalau novel yang diangkat dari kisah nyata. Bisa jadi hingga 80% kisahnya berdasarkan pengalaman pribadi. Pengalaman akan selalu memberi inspirasi dan pelajaran hidup yang luar biasa jika dituliskan.
T
: 1.
Apakah jadwal penulisan itu harus ada target atau lepas?
2. Jika sudah dijadwal dan ada target,
ternyata endingnya melebihi target, bagaimana menyikapinya?
J
: Untuk Bp. Bahruddin.
1.
Jadwal itu tergantung Bapak, apakah bukunya mau cepat selesai atau tidak. Kalau
mau cepat selesai, jadwal harus ketat. Sesuaikan dengan kegiatan kita. Jangan
terlalu memaksakan.
Misalnya;
kalau 1 buku ada 30 artikel, kira-kira setiap artikel bisa berapa hari selesai.
Yang moderat biasanya sekitar 7-10 hari untuk satu artikel. Jangan terlalu
mepet waktunya, satu artikel dijadwalkan 1-3 hari. Nanti kita tidak menikmati
tulisan kita. Kecuali kita memang mau "ngebut". Saya pernah juga
"ngebut" karena mau mengejar deadline pribadi.
Jadi,
jadwal tergantung Bapak Ibu. Apakah bukunya mau diselesaikan cepat atau
terserah saja.
2.
Kalau melebihi target, ya tidak masalah. Kan target itu kita yang bikin. Yang
penting adalah membuat bukunya selesai. Kalau misalnya telat beberapa hari,
mohon dimaafkan diri sendiri.
Kecuali, Bapak menulis untuk penerbit yang sudah ada perjanjiannya, maka harus benar-benar sesuai target. Kalau saya sih, sekali jadwal dibuat, itu adalah komitmen yang harus saya ikuti. Kalau kita tidak mendisiplinkan diri sendiri, kapan mau selesai bukunya.
T
: Menentukan tema kadang masih terlalu luas cakupannya, kadang kita tidak bisa
fokus pada satu permasalahan, bagaimana kita bisa memusatkan pikiran kita pada
satu tema saja?
J
: Mengapa kita ragu memilih tema?
1.
Takut tema ini sudah ada yang menulis.
2.
Takut nanti di tengah jalan menemui "jalan buntu".
3.
Takut tidak ada referensinya.
4. Takut tidak menarik.
Pilihlah
tema:
1.
Yang kita kuasai,
2.
Yang kita senangi.
Kalaupun tidak kita kuasai sekarang, kalau kita senangi kita akan mau bekerja keras mencari bahan-bahan yang bisa buat kita tulis. Apakah ke perpustakaan, mencari di internet, bertanya dengan para ahli, dan sebagainya. Tentukan saja temanya, buat kerangkanya, dan mulailah menulis. Ketakutan-ketakutan itu seringkali hanya ada pada pikiran kita. Kalau sudah kita mulai menulis, InsyaAllah ketakutan-ketakutan itu akan hilang. Pasti ada jalan keluar. Jadi, tidak usah bingung menentukan tema. Tentukan saja, lalu tuliskan.
T
: Sebagai penulis pemula gimana caranya menjaga konsistensi supaya tidak
kehabisan ide?
J
: Untuk Ibu Hani
Agar
konsisten dan tidak kehabisan ide.
1.
Banyak baca buku.
2.
Latihan menulis setiap hari. Jadwalkan setiap hari menulis 15 menit saja.
Disiplin. Nanti akan terlatih untuk bisa menuliskan berbagai ide secara baik.
3.
Ikut seminar dan pelatihan.
4.
Upload tulisan di blog dan medsos.
5. Punya mentor menulis.
T
: Apakah ada manfaatnya bagi penulis pemula di usia yang sudah senja... untuk
apa saja manfaat menulis bagi manula?
J : Untuk Ibu Aning.
Saya
harus cerita, ada beberapa peserta mentoring saya dalam membuat buku, sebagian
ada yang di atas 50 tahun. Dan apa yang terjadi, ternyata mereka jauh lebih
bersemangat, dan setiap minggu setor tulisan lebih disiplin dibandingkan dengan
yang muda-muda.
Mengapa
mesti menulis?
1.
Tidak ada kegiatan yang langsung berkaitan dengan kemampuan mempertahankan otak
kita selain membaca dan menulis.
2.
Menulis adalah tentang kebahagiaan. Kalau kita tumpahkan semuanya dalam
tulisan, indah sekali hidup ini.
3.
Menulis buku itu warisan terbaik kita. Di situ kita bisa cerita apa saja.
Harapan kita, "unek-unek" perasaan kita. Bebas saja menulisnya.
4.
Menulis adalah tentang berbagi kebaikan. Jika kebaikan itu bisa dibagi, terus
menerus dibaca orang, kebaikan itu akan terus menjadi pahala, bahkan kalau
nanti kita sudah tiada.
5. Menulis itu membuat kita lebih sehat. Kita setiap hari bangun dengan semangat baru, ada target baru yang harus kita selesaikan. Apalagi yang menyenangkan hidup kita selain bersemangat setiap hari? Buku akan menjadi hadiah terbaik buat anak cucu.
T
: Bagaimana cara merangkum tulisan resume menjadi buku yang menarik? karena
resume saya sudah 20 lebih tapi masih ragu untuk memulainya. Mohon berikan
tipsnya pak. Supaya enak membukukan resume.
J
: Untuk Ibu Aam
Tentukan
temanya, setelah itu dibuat outlinenya.
Kalau
sudah dibuat outline, baru dilihat hasil resumenya, apakah ada yang masuk ke
dalam outline buku atau tidak. Kalau ada yang masuk, tinggal dimasukkan ke
dalam outline dengan berbagai penyesuaian. Kalau tidak masuk, jangan
dipaksakan. Nanti buat buku yang lain.
Ini berlaku juga bagi kita yang sudah punya banyak artikel. Mulainya bukan dari artikel-artikel itu, tetapi dari outline yang kita buat. Kalau sudah ada outline, baru kita lihat apakah artikel-artikel itu ada yang bisa dimasukkan ke dalam outline. Kalau ada, kita revisi dan sesuaikan. Kalau tidak ada, kita jadikan cadangan untuk buku yang lain. Untuk resume, silakan diteruskan.
T
: Kemunngkinan apa yang membuat tulisan kita melenceng dari outline yang kita
buat.
J
: Untuk Ibu Siti Nurbaya
Kalau outline sudah kita buat, apakah boleh berubah? Boleh. Sepanjang tidak melenceng dari tema. Biasanya dalam proses penulisan, memang ada penambahan atau pengurangan dari outline yang sudah ada. Tidak masalah, outline tidak kaku, fleksibel. Bisa ditambah atau dikurangi. Yang paling penting adalah tidak melenceng dari tema. Biasanya ada penambahan karena pada saat menulis kita punya ide-ide baru yang belum terpikir sebelumnya.
T
: Apakah selama menjadi penulis pemula pernah naskah Bapak ditolak penerbit ?
Apakah dalam membuat tulisan itu wajar mengutip buku orang terus kita tulis di
daftar pustakanya seperti buat skripsi
gitu
J
: Untuk Ibu Sri
Apakah
pernah naskah buku saya ditolak? Pernah.
Tidak
apa-apa kalau naskahnya ditolak. Jangan sakit hati. Biasa saja. Jadikan
evaluasi.
Revisi,
evaluasi, lalu kirim lagi. Bisa ke penerbit awal atau ke penerbit lain.
Tugas
kita itu menulis. Kalau naskah sudah jadi dan dikirim ke penerbit, biarkan saja
naskah itu. Kita menulis lagi naskah buku berikutnya. Kalau nanti jawaban dari
penerbit adalah diterima, alhamdulillah. Kalau ditolak, kita perbaiki, dan
kirim lagi.
Dan, kita juga punya naskah buku yang lain. Begitu seterusnya sehingga menulis itu akan terus menjadi kegiatan kita. Untuk masalah kutipan, tidak masalah mengutip dari orang lain. Pengutipannya boleh seperti yang ada di skripsi. Namun demikian, kutipan dari orang lain itu jangan banyak-banyak. Kira-kira 10% saja, paling kan hanya kutipan definisi. Selebihnya hasil pemikiran sendiri. Kalau kutipan kita di atas 50%, lalu mana hasil pendapat kita?
T
: Bagaimanakah cara menemukan genre tulisan kita? Apakah cukup mengembangkan
satu topik tulisan atau boleh nulis apa saja? gimana sebaiknya.
J
: Untuk Ibu Hani
Ibu
bisa menulis berbagai genre untuk pertama kali. Nanti setelah beberapa tulisan,
akan ada pilihan dan ketertarikan kita, tulisan dengan genre apa yang paling
nyaman untuk kita tulis.
Menulis itu tentang kenyamanan dan kenikmatan. Menulis itu mesti kita nikmati agar bisa membahagiakan. Kalau sudah ketemu di mana kita nyaman menulisnya, di situlah kita terus mengolah bidang yang kita senangi sehingga akan kita kuasai. Ada beberapa orang yang memang menulis apa saja. Tetapi bagi saya, penting untuk menentukan "branding" diri kita di tema apa. Karena hal itu juga menentukan kompetensi kita. Kompetensi seseorang akan diakui sesuai keahlian dan bidang yang digeluti. Semakin mendalam seseorang menekuni satu bidang tertentu, akan semakin kompeten. Begitu juga dengan tema kita dalam menulis. Pertama kali, boleh di tema dan genre apa saja. Setelah itu tentukan. Kan lucu juga kalau JK Rowling menulis buku motivasi.
T
: sebelum nya saya disini bukan sebagai orang yang suka menulis tapi
dilingkungan saya justru banyak teman saya yang senang sekali dalam dunia
menulis saya sedikit demi sedikit mengamati, secara objektif saya melihat bahwa
beberapa teman saya menulis dengan menjadikan lingkungannya(kehidupan
sekolahnya) sebagai objek dari ceritanya.. pertanyaan saya apa kah ada batasan
ide tertentu seorang penulis untuk menuangkannya ke dalam buku?
J
: Untuk Bp. Oktavianus
Menulislah
sebebasmu. Jangan dibatasi. Apa saja.
Apalagi
anak muda sekarang. Menulis dengan kreativitas sendiri yang berbeda dengan para
pendahulu. Tidak perlu dibatasi apa-apa. Menulislah sesukamu dengan penuh
kegembiraan.
Yang
tidak boleh:
1.
Menghina orang lain.
2.
SARA
3. Melanggar Aturan dan Undang-Undang.
T
: Semua yang Bapak sampaikan tentang prinsip dan kiat menjadi seorang penulis
sukses memang jarang saya bisa melaksanakannya. Sebaliknya, banyak kelemahan
yang Bapak sampaikan, justru sering saya lakukan😊 Tulisan saya
terbengkalai separoh jadi. Saya punya naskah novel, cerpen, puisi, bahkan
sebuah naskah yang berkisah kehidupan nyata seorang yatim yang akan saya kemas
dalam kisah inspiratif, juga tak kunjung saya selesaikan. Saya sering
kehilangan mood untuk menulis? Apa Bapak pernah mengalaminya dan bagaimana
mengatasinya?
J
: Untuk Bp. Hamdani
Bapak tidak sendiri. Banyak orang melakukan hal yang sama. Yang penting sekarang Bapak mulai bisa mengatur ulang, membuat langkah baru, strategi baru, semangat baru, dan komitmen baru. Mood itu Bapak Ibu yang atur kok. Bapak bisa buat jadwal menulis setiap hari, 15 menit saja. Bisa pagi, siang, sore atau malam. Lakukan dengan penuh disiplin. Kalau kebiasaan baru ini sudah ada, saya yakin akan membantu kita untuk hidup lebih teratur. Kalau sudah teratur, tulisan itu pasti akan jadi. Sedikit demi sedikit, lama-lama akan menjadi banyak. Mudah-mudahan kita bisa membangun komitmen baru setelah ini. Komitmen itulah yang akan mengelola mood tetap positif.
T
: Saya tertarik dengan menulis opini di sebuah surat kabar, bagaimana trik
menulis opini dalam surat kbr itu? supaya argumen atau opini kita tepat sasaran
dan diterima.
J
: Untuk Ibu Dwi.
Untuk menulis di surat kabar, faktor utama adalah kekinian. Opini mesti menyangkut hal-hal yang sedang menjadi bahan pembicaraan. Selain itu, pemikiran dan tanggapan kita sebagai penulis juga harus menonjol. Kalau opini itu kita memunculkan masalah. Kita analisis, dan kita berikan solusi atas permasalahan tersebut. Mesti ada pemikiran yang jelas dari kita apa untuk menjawab permasalahan yang ada. Kalau tidak ada usulan kita dalam menanggapi masalah tersebut, bukan opini jadinya. Di YouTube saya ada 2 video wawancara saya tentang bagaimana menulis di koran. Silakan dilihat di sana
T
: Terkait dengan petunjuk Bapak di awal bahwasanya Menulis sebaiknya hanya 1 tema Terkait dgn branding. Kebetulan saya suka
menulis Lagu anak2 khususnya dan ada juga Lagu Penyuluhan ttg Program Keluarga Berencana.Tapi saya
fokus ke lagu PAUD. Untuk mencoba BRANDING berarti, saya harus lebih banyak
menulis ttg .5 W lagu PAUD? Mohon Petunjuk.
J
: Untuk Ibu Ketut Suastiwi,
Ibu berarti menulisnya tentang anak-anak. Lagu-lagu, pendidikan anak, parenting, pokoknya tentang anak-anak. Tema tentang anak kan luas sekali. Jadi, branding ibu adalah pakar pendidikan anak. Biar orang-orang juga mengenal ibu sebagai pemerhati dan pelaku pendidikan anak
T
: Kiat2 (motivasi) apa saja yg bs
menumbuhkan semangat kita utk ttap menulis, mengingat umur kita yg sdh tdk muda
lg.
J
: Untuk Bapak Sunaryo.
Agar
terus punya motivasi kuat:
1.
Bergabung dengan teman-teman penulis.
2.
Ikut seminar dan pelatihan.
3.
Baca buku-buku tentang menulis.
4.
Upload hasil tulisan di Medsos dan Blog.
5.
Kalau ada lomba, ikuti.
6.
Punya target menerbitkan buku.
7.
Buat Jadwal menulis setiap hari.
8.
Punya mentor menulis.
Bapak Ibu silakan mau mulai dari yang mana. InsyaAllah semangat akan terus terjaga.
T
: Bgaimana kiat dan trik bagi kita sebagai penulis pemula supaya tulisan yang
tulis nanti bisa menjadi menarik dan enak dibaca bagi orang yang membaca?
J : Untuk Ibu Ika,
Pertama,
berhenti terus mengucapkan bahwa kita adalah penulis pemula. Kan sebenarnya
tidak pemula juga. Kita sudah melewati banyak tugas menulis saat kuliah, saat
mengajar.
Kedua,
yakin bahwa kita bisa. Keyakinan ini memegang peranan sangat penting saat kita
menulis. Ketiga, hilangkan semua
ketakutan dan kekhawatiran. Takut buku ditolak, takut buku tidak dibaca orang,
takut dicemooh, takut ditertawakan, dan sebagainya.
Hilangkan semua ketakutan dan kekhawatiran. Mulai saja. Keempat, sebagai sebuah keterampilan, tulisan kita akan semakin berkualitas jika kita disiplin berlatih. Disiplin itu ibunya kualitas. Kalau ingin menjadi penulis, tetapi tidak mau berdisiplin, keinginan itu tidak akan pernah terwujud.
T
: Bagaimana Bp memanagement waktu utk menulis agar bisa memenuhi schedule ,
mengingat kesibukan Bp sbg trainer juga.
J
; Untuk ibu Suprapti.
Kapan
saya menulis? Biasanya saya menulis sekitar 1-2 jam setiap hari. Sebelum subuh
dan sesudah subuh. Sekitar jam 06.00 pagi saya sudah selesai menulis dan siap
menjalankan aktivitas di kantor. Jadi, menulis itu tidak mengganggu aktivitas
kantor. Kuncinya, SETIAP HARI. Kalau tidak setiap hari, tidak bisa. Bapak ibu
bisa mulai dengan 15 menit SETIAP HARI. Bisa sebelum atau setelah subuh, atau
sebelum tidur. Mungkin bisa dikurangi yang masih suka nonton DRAKOR, atau
menghabiskan waktu berjam-jam memelototi WA dan Tiktok. Kurangi saja 15 menit,
hidup kita akan menjadi lebih produktif.
Note
:
Menulis
itu lebih banyak mengenai SIKAP MENTAL dibandingkan dengan KETERAMPILAN. Bukan
pinternya, tetapi mau atau tidak.
Menulis
itu lebih banyak tentang KEMAUAN, TEKAD, DISIPLIN, PANTANG MENYERAH, dan TERUS
BELAJAR. Tanpa itu semua, kita tidak akan pernah bisa menjadi penulis.
Resume dibuat oleh : Elly Rosi 200720
Comments
Post a Comment